PACARAN
itu kata yang sudah terbiasa terdengar diberbagai kalangan bahkan anak
SD pun sekarang sudah mengenalnya. Berbeda dengan ane yang dulu masih
suka main grobak sodor bro waktu SD, nda mikir gituan. Hehehe....
Ane
akan bahas tentang PACARAN. Widiiih.... ehemmm. Ane juga bingung dari
mana istilah ‘pacaran’ itu, tapi esensi dari sebuah pacaran adalah
menjalin hubungan antara lawan jenis dengan dalih saling cinta, intinya
yaitu ‘menjalin’. Menjalin disini juga nda jelas, apakah coba – coba,
main – main, atau mencoba untuk komitmen, atau coba bermain – main
dengan komitmen. Hloh... hehehe.... Ada yang bilang juga untuk latihan.
Ane juga nda tau apa yang bakalan dilatih. Hehehe... oh iya, sebelumnya
ane menulis ini tidak bermaksud menyudutkan salah satu pihak,
ane hanya berusaha menuliskan dari apa yang ane lihat, pelajari dan bisa
diterima secara rasional.
Pertama, Pacaran salah satu penyebab terjadinya sex bebas.
Ane
TIDAK bilang “semua yang pacaran berarti melakukan sex bebas”, tapi ini
adalah salah satu, pintu, gerbang, jalan untuk mengarah ke hal
tersebut. Tapi fakta berbicara demikian bro, jika butuh data statistik
hubungan di luar nikah ente bisa cari sendiri diberbagai sumber bisa di
internet ataupun yang lainnya. Karena ane mendengar dan melihat langsung
bagaimana gaya pacaran anak SD, SMP aja udah ngeriii bro... hehehe...
ini bukan rahasia umum lagi. Di media seolah – olah berita seperti ini
sudah terbiasa terdengar di zaman sekarang ini.
Kedua, Pacaran bukanlah ajang untuk mendewasakan diri.
Katanya
pacaran sih untuk melatih kedewasaan. Tapi nyatanya terbalik, setiap
ada masalah saling menyalahkan, mereka sama sekali tidak bisa
mendapatkan hal ini dari pacaran, malah yang ada melatih egoisme. Yang
satu maunya diperhatiin terus, yang satunya mau ga mau ngalaaaah terus,
udah lama pacaran masih dibilang nda peka, kan bisa stroke lama – lama.
Hahaha... palingan saling perhatian pas baru – baru aja, kalo udah lama
juga keliatan koq. Hehehe... kalopun ada masalah mereka lebih banyak
ngambek dan keras kepala tanpa mau mengambil keputusan yang bijak untuk
kemaslahatan bersama.
Ketiga, Pacaran tidak ada kata serius.
Mungkin
awal – awal pacaran akan banyak dihiasi puisi – puisi indah (Sok puitis
deh), kata – kata mesra, saling meyakinkan satu sama lain. “Beb, kamu
itu wanita paling cantik yang aku temuin, aku beruntung banget loh dapet
kamu, ibarat mangga kamu itu mangga aromanis yang matengnya itu pas”,
si ceweknya jawab “Masa sih yang (peyang...hehehe)....? kalo aku mangga
kamu apa dong yang?” (palingan tuh cowok cuma jadi codotnya... ati –
ati...hahaha), terus sih cewek juga bilang “aku juga beruntung banget
dapet kamu udah ganteng, baik, perhatian, pokoknya aku pingin kamu jadi
yang terakhir buat akuh”... preettttt.... itu kan awal – awal pacaran,
kalo udah dipertengahan sudah mulai berbeda, yang akan mereka lihat
adalah sisi kekurangannya, berbeda dengan awal pacaran. Akan ditemui
situasi dimana sedikit – sedikit akhirnya jadi masalah, dan seandainya
sudah merasa bosan dan jenuh gampang aja dipikiran mereka yaitu cari
yang lain masih banyak. Makanya pacaran mengajarkan ketidak konsistenan
dan lebih cenderung tidak memiliki prinsip.
Keempat, Pacaran ajang untuk ‘mecicipi’
Judulnya
agak gimana gitu ya, hehehe.... maksudnya gini, ada yang bilang “Aku
pacaran nda ngapa – ngapain koq palingan cuma pegangan tangan”. Palingan
cuma pegangan tangan, pegangan tangan juga nyoba kali. Jalan – jalan
berdua, terus ngomong mesra. Kalo sreg dihati nanti lanjut terus kalo
ternyata nda cocok ya udah “loe gue end”.
Kelima, “saya pacaran juga niatnya buat nikah”
Pacaran
mau buat main – main, nyoba – nyoba ataupun kearah yang serius seperti
pernikahan tetep dalam islam tidak ada istilah pacaran. Karena gini,
melihat dari sisi kemanfaatan dan kerugiannya, akan lebih banyak
ruginya. Contoh sederhana gini, saat sudah pacaran lama dengan seseorang
kemudian ternyata kita menikah dengan orang lain yang terjadi kita rugi
waktu yaitu menghabiskan waktu bersama orang yang bukanlah menjadi
pendamping hidup kita. Atau misal malah dianya yang menikah dengan orang
lain kitanya juga yang rugi, cuma kenyang makan harapan.hehehe... Eh
tapi emang bener pacaran buat latihan, buat terlatih patah hati.
Ciiiiaatt... Hahaha... tapi nda gitu juga caranya kali, akan banyak cara
yang lebih berkualitas untuk menjadikan hati kita terlatih bersabar
dengan kebaikan menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih kuat dan
dewasa bukan terlatih bersabar karena ga ada lagi pilihan, ditinggal
mantan, akhirnya pusing tak karuan, move on butuh tahunan. Hahaha...
Bukannya jadi pribadi yang kuat tapi sebenarnya pasrah dengan keadaan
jadi keliatannya sok kuat. Banyak kerugian lainnya yang tidak bisa
dijabarkan satu per satu.
Terus, Solusinya apa dong?
Solusinya
adalah temui langsung orang tuanya, terus minta SIP (Surat Izin
Pernikahan... hahaha). Jangan disalahpahami arti, karena pernikahan
tidak sekonyol itu. Tetap harus ada prosedur yang berlaku. Tidak ujug – ujug
baru ketemu bilang “mau ga jadi pendamping hidupku?”... sana juga mikir
“siapa elo?!” hehehe.... tetap ada proses pendekatan dalam jangka waktu
yang mungkin tidak begitu lama (ditentukan) untuk saling berbagi,
saling mengerti, dan saling mendalami satu sama lain apakah dari
kepribadian atau faktor lainnya cocok atau tidak cocok, sreg atau tidak
melalui pihak ketiga bisa via ortu atau memang orang yang dipercaya
(yang mengenalkan). Proses ini dinamakan ta’aruf. Tujuannya satu dan
jelas, yaitu melangkah kedepan, menuju pelaminan, dan membangun
kebahagiaan. Cieee.... tapi memang dari kedua belah pihak sudah memahami
betul masalah seperti ini, tidak mengapa jika salah satu tidak begitu
paham tapi harus diberi penjelasan agar tidak terjadi misscommunication. Ada yang bilang “ta’aruf seperti membeli kucing dalam karung”, itu tidaklah benar karena tetap ada prosedur tidak asal comot
aja, disinilah islam meletakkan wanita dengan kemuliaan, bukan untuk
ajang coba – coba tapi jelas kedepannya, tidak ada janji semu ataupun
terlalu lama menunggu apalagi harapan palsu. Disini wanita diibaratkan
seperti mutiara yang tersimpan baik karena bukanlah orang sembarangan
yang mampu membelinya, mutiara yang cantik nan indah dibentuk dari
proses yang lama dan tidaklah mudah maka dari itu pantaslah harga
mutiara sangat mahal. Ini sangatlah berbeda dengan pacaran. Orang
pacaran bisa dikatakan mencintai seseorang karena pandangan awal,
hubungan mereka dimulai dari rasa cinta diawal artinya mudah sekali bagi
mereka untuk mencintai dan ini akan menjadi sesuatu yang biasa bagi
yang pacaran untuk mengumbar cinta mereka. Disaat mereka jenuh dengan
pasangannya bisa jadi mereka mudah melabuhkan hatinya ke cinta yang
lain.... hehehe.... pas lagi nda jenuh aja gampang. Wkwkwk...
Berbeda
dengan ta’aruf terkadang memang ada yang dipertemukan dalam keadaan
saling mencintai tapi mereka memilih untuk kehalalan cinta yaitu menikah
tapi banyak dari mereka yang harus membangun cintanya sembari membangun
rumah tangganya dari nol. Artinya mereka belajar saling mencintai dari
yang awalnya belum cinta, mereka belajar bersabar dengan kekurangan
orang yang sedang diperjuangkan untuk dicintai, dan mereka belajar
menerima orang yang sedang ia usahakan untuk dicintai. Bisa disimpulkan
cinta mereka tidaklah dibangun secara instan sehingga sulit bagi mereka
menjatuhkan hati ke yang lain setelah bertahun – tahun lamanya ia
membangun cinta, karena mereka menyadari dan mengerti betapa sulitnya
mencintai.
Semoga bermanfaat. hihiihiii
------------------------------------------------------------------------------------
{ 2 komentar... read them below or add one }
setuju bang, pacaran hanya akan menjadi terbukanya kesempatan melakukan zina
Lucky Club Casino Site - LuckyClub.live
The Lucky Club casino is a new addition to our list of trusted online casino sites. Our team is fully committed to providing luckyclub players with a Live Casino Games: The LuckyClubBonus: 100% up to $500
Posting Komentar